Catatan hidup manusia, yang seakan beraneka warna, sejatinya belalu
dalam dua keadaan saja. Apa saja yang dialami, prinsipnya hanya mewakili
keadaan sempit dan keadaan lapang. Kalau tidak mendapat nikmat
berlimpah, ya mendapat musibah. Kalau tak beruntung ya merugi. Kalau tak
menanjak ya menurun.
Tidak ada satupun manusia yang sepanjang hidupnya mengalami lapang terus menerus. Dan sebaliknya, tidak ada yang mengalami musibah terus menerus tanpa ada satupun pengalaman mendapat nikmat. Anda mungkin masih ingat sebuah nasehat bijak, "hidup seperti roda yang berputar, kadang diatas kadang dibawah". Anda tidak bisa menghintikan putaran roda alih-alih berharap ada diatas terus. Jauh sebelumnya, hal yang sama Allah sudah sampaikan didalam Al-Qur'an, "Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada kamilah kamu dikembalikan." (QS. Al-Anbiya : 35).
Kepangan dan kesempitan dalam hidup ibarat pergantian siang dan malam. Adanya adalah keniscayaan. Ditolak tidak mungkin diterima secara terpaksa atau tidak, juga merubah ketentuan. Maka kalau kita gunakan alat ukur rataan, normalnya semua manusia tidak akan pernah bahagia selamanya. Sebutlah harta, jabatan, penampilan rupawan, anak-anak yang cerdas, sanjungan manusia, sebagai sumber-sumber kebahagiaan. alih-alih kawatir tidak bahagia kalau semuanya itu hilang, tak hilangpun, manisia akan menyempit dadanya saay berambisi untuk mendapatkan yang lebih dari itu. Tak puas, selalu merasa kurang, sehingga hilang kebahagiaannya.
Sementara manusia rata-rata adalah manusia yang berkemampuan berncicpi kebahagiaan sesaat. Ada pulasegolongan manusia yang dikabaarkan oleh rasulullah sebagai manusia bahagia tanpa batas. Mereka diatas rata-rata. Kebahagiaannya tahan lama, sedihnya wajar tak sampai membinasakan. Mereka adalah orang-orang mukmin. Rasulullah bersabda "Sungguh menakjubkan urusan orang mukmin, semua urusannya baik baginya dan kebaikan itu tidak dimiliki kecuali oleh orang mukmin. Apabila dia mendapat kesenangan dia bersyukur dan itulah kebaikan baginya, dan apabila dia mendapat musibah dia bersabar dan itulah terbaik baginya." (HR. Muslim).
Di dunia orang-orang mukmin, segalanya baik. Dukanya adalah Tafakur, kegagalannya adalah perbaikan, musibahnya sebuah kesabaran, sedangkan itu tak mengurangi rasa syukurnya. "Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (QS. Yunus : 62).
Dalam ayat tersebut tersirat ajakan agar orang-orang beriman tampil dipanggung kehidupan secara berbeda. Kalau tidak punya keimanan bolehlah bersedih hati karena dunia, tapi yang beriman jangan. Orang yang hidupnya tak bersandar pada Allah maka sempit dada, silahkan sepantasnya demikian. Tapi yang beriman tidak boleh. Kalau anda mukmin, atau sedang menetapi jalan menuju mukmin, make anda wajib bahagia.
Wallahu A'lam Bissowab
Sementara manusia rata-rata adalah manusia yang berkemampuan berncicpi kebahagiaan sesaat. Ada pulasegolongan manusia yang dikabaarkan oleh rasulullah sebagai manusia bahagia tanpa batas. Mereka diatas rata-rata. Kebahagiaannya tahan lama, sedihnya wajar tak sampai membinasakan. Mereka adalah orang-orang mukmin. Rasulullah bersabda "Sungguh menakjubkan urusan orang mukmin, semua urusannya baik baginya dan kebaikan itu tidak dimiliki kecuali oleh orang mukmin. Apabila dia mendapat kesenangan dia bersyukur dan itulah kebaikan baginya, dan apabila dia mendapat musibah dia bersabar dan itulah terbaik baginya." (HR. Muslim).
Di dunia orang-orang mukmin, segalanya baik. Dukanya adalah Tafakur, kegagalannya adalah perbaikan, musibahnya sebuah kesabaran, sedangkan itu tak mengurangi rasa syukurnya. "Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (QS. Yunus : 62).
Dalam ayat tersebut tersirat ajakan agar orang-orang beriman tampil dipanggung kehidupan secara berbeda. Kalau tidak punya keimanan bolehlah bersedih hati karena dunia, tapi yang beriman jangan. Orang yang hidupnya tak bersandar pada Allah maka sempit dada, silahkan sepantasnya demikian. Tapi yang beriman tidak boleh. Kalau anda mukmin, atau sedang menetapi jalan menuju mukmin, make anda wajib bahagia.
Wallahu A'lam Bissowab